Triumvirate Politik Indonesia Sudah Didepan Mata
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Mochammad Afifuddin
saat memimpin rapat pleno terbuka itu membacakan delapan partai yang lolos ke
parlemen untuk periode lima tahun ke depan adalah yaitu PDI Perjuangan (110
kursi), Partai Golkar (102 kursi), Partai Gerindra (86 kursi), Partai NasDem
(69 kursi), Partai Kebangkitan Bangsa (68 kursi), Partai Keadilan Sejahtera (53
kursi), Partai Amanat Nasional (48 kursi), dan Partai Demokrat (44 kursi). Sumber Antaranews.com.
PDIP selaku
parpol dengan perolehan kursi terbanyak tetapi gagal mendudukan Ganjar-Mahfud
menjadi presiden dan wakil presiden membuat peta politik Indonesia menjadi
menarik. Kekecewaan PDIP, terutama sang ketua umum, sehingga pernah keluar
ancaman jika caleg daerah terpilih dimana suara Ganjar-Machfud kalah akan tidak
dilantik meski pernyataan itu menjadi senyap kini.
Tetapi peta
politik indonesia akan berubah. Meski presiden terpilih belum dilantik tetapi
sudah kelihatan tanda-tanda akan setelah pilpres akan terbentuknya sebuah
koalisi dalam pilkada dimana partai koalisi masih bernuansa koalisi pilpres.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) masih membentuk koalisi bersama dalam pilkada dan
ditambah dari parpol yang keluar dari koalisi lain sehingga mereka menyebut
sebagai KIM plus
Jokowi
sebagai Presiden Republik Indonesia dan master Mind kemenangan Prabowo-Gibran
setelah pilpres masih belum memiliki partai yang bisa “dipegang” setelah
lengser dari jabatan dimana dia masih mempunyai power tuk menjadi orang yang memiliki
peranan dalam politik di negeri ini.
Jokowi
adalah politikus ulung dalam memainkan peran sebagai “king maker” dalam diam,
sehingga langkah politik seringkali diluar dugaan orang banyak,
Airlangga
Hartarto sebagai ketua umum Partai Golkar yang secara mengejutkan mengundurkan
diri. Sebaga ketua umum Golkar Airlangga dinilai berprestasi tetapi bisa
tiba-tiba mengundurkan yang seharusnya dijadwalkan bulan desember 2024 saat
dimana diselenggarakan Munas Golkar. Sudah menjadi rumor yang diketahui umum
jika Jokowi memiliki peranan dalam pengunduran diri ini.
Seperti terbaca
dalam catatan Dahlan Iskan bahwa Bahlil Lahadalia akan menggantikan Airlangga
terbukti, tetapi dugaan bahwa Gibran Rakabuming Raka akan menjadi ketua Dewan
Pembina tidak terbukti atau mungkin belum terbukti. Dewan Pembina adalah Badan
organisasi dalam Golkar di masa Orde Baru yang sangat powerful menentukan
politik Indonesia. Pada masa orba badan ini bisa mengganti ketua umum dan
menentukan siapa saja yang berhak menjadi ketua umum. Badan ini selalu dijabat
oleh Presiden Suharto tetapi sempat dihapuskan dan dihidupkan kembali pada
tahun 2016 meski tidak memiliki wewenang sebesar pada masa orde baru.
Tetapi
perlu kita cermati bahwa Jokowi atau lebih tepatnya keluarga Jokowi akan
mengambil langkah signifikan untuk ikut memiliki pernan dalam menentukan
politik Indonesia. Jokowi adalah politikus ulung yang tidak akan diam saja
setelah lengser dari kursi presiden. Putra sulung Jokowi yang menjabat sebagai
wakil presiden akan mendapat “bimbingan” demikian juga dengan menantu dan
anaknya yang lain.
Setelah
Prabowo dan Gibran berkuasa maka di Indonesia akan melihat tiga orang yang
berkuasa atau dalam menentukan masa depan politik Indonesia. PDIP dengan Megawati
sebagai komandan akan menjadi oposisi, Sedangkan Prabowo sebagai presiden
dengan Gerindra memiliki kuasa sebagai partai bekuasa, Sedangkan Jokowi meski
belum kelihatan akan tetap menggegam posisi menentukan. Ini terbaca dalam
pidato Bahlil sebagai ketua umum Golkar “Raja Jawa”meskipun tidak disebutkan
siapa raja jawa itu, kita bisa menduga ini mengarah pada Jokowi.
Maka episiode
berikutnya dalam politik indonesia akan terbentuk sebuah Triumvirate atau
triarki. Menurut KBBI Online “triumvirat/tri·um·vi·rat/ n 1 tritunggal; tiga
serangkai; 2 pemerintahan atau kekuasaan yang dipegang oleh tiga orang sebagai
satu kesatuan.” Meski bentuknya tidak sama seperti digambarkan KKBI tetapi dinamika
politik akan membentuk tiga poros yang menentukan politik Indonesia.
Jokowi,
Prabowo dan Megawati akan menjadi triumvirate dalam politik Indonesia berikutnya
dimana ketiga akan memiliki kekuasaan yang besar. Seperti sudah kita ketahui
jargon politik bahwa “tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanyalah
kepentingan abadi” ketiga kekuataan ini bisa berkerjasama dan bisa saling
beroposisi kita lihat saja kiprah mereka dalam politik inidonesia kedepan. LangkahPolitik
akan membuat tulisan menarik tentang politik Indonesia mampun dunia.
https://disway.id/read/811359/kaget-melongo
https://kbbi.web.id/triumvirat
Komentar
Posting Komentar